Jakarta sebagai ibukota negara berkembang pesat menjelma menjadi megapolitan yang modern. Pertumbuhan penduduk melonjak dalam jangka waktu 20 tahun terakhir. Pembangunan infrastruktur berkejaran dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Permukiman penduduk berkembang meluas hingga jauh ke pinggiran Jakarta. Kosekuensi logis dari itu semua adalah makin sedikitnya jumlah lahan untuk pertanian maupun ruang terbuka hijau yang tersedia di Jakarta. Pembangunan hanya berorientasi fisik dengan mengesampingkan efek terhadap sosial dan budaya masyarakat. Keadaan ini diperparah dengan perilaku sebagian masyarakat yang abai dan lalai terhadap kelestarian lingkungan. Sungai dan tanah tercemari, penanganan sampah tidak dikelola dengan baik. Hal ini mengakibatkan muncul keresahan terkait dengan kelestarian lingkungan hidup di kota Jakarta.
Keresahan inilah yang telah lama ditangkap oleh H. Chaerudin yang lebih dikenal sebagai Babeh Idin. Berpegang kearifan lokal yang dipegang teguhnya yakni “Jawara Betawi”, sejak 1989 Babeh Idin terus berusaha menyadarkan masyarakat untuk menjaga sungai dan lingkungan khususnya Kali Pesanggrahan Jakarta Selatan yang tidak jauh dari tempat Babeh Idin tinggal. Bukan tanpa rintangan, kesadaran masyarakat yang rendah dan belum adanya pemahaman yang benar tentang pentingnya melestarikan sungai dan lingkungan di sekitarnya menyebabkan masyarakat masih sangat susah untuk turut serta berperan.
Babeh Idin jawara penjaga lingkungan
Baru pada tanggal 17 Februari 1998 Babeh Idin
bersama beberapa warga sekitar mendirikan Kelompok Tani Lingkungan Hidup
“Sangga Buana” (KTLH Sangga Buana). Harapannya dengan mendirikan kelompok tani,
Babeh Idin dapat menunjukkan pada masyarakat bahwa dengan menjaga lingkungan
nantinya masyarakat dapat mendapat manfaat ekonomi dari lingkungan yang terjaga
tersebut. Sangga berarti tiang, dan buana adalah bumi maka Sangga Buana
memiliki harapan bahwa sekecil apapun manusia harus menjaga dan menopang
kehidupan di bumi salah satunya dengan menjaga kelestarian lingkungan.
Sangga Buana memusatkan kegiatannya di sekitar
Kali Pesanggrahan, Karang Tengah Jakarta Selatan dengan luas area sekitar 40
hektar yang disebut dengan hutan kota. Kegiatan berupa penghijauan wilayah
sungai, penanaman tanaman produksi, budidaya ikan air tawar di sekitar sungai,
peternakan dan pengelolaan sampah mandiri.
Sederet penghargaan
tersebut tidak lantas membuat Babeh Idin dan KTLH Sangga Buana berbangga diri.
Mereka merasa bahwa kerja keras menjaga lingkungan tidak boleh terhenti dan harus
diteruskan kepada generasi selanjutnya. Masyarakat harus selalu dilibatkan,
sekecil apapun peran mereka karena setitik embun pun akan sangat berarti di
padang pasir
@cocoricodisko
Lokasi KTLH Sangga Buana
Untuk penghijauan area sekitar sungai digunakan
tanaman bambu dan tanaman produksi lain seperti tanaman buah dan tanaman lain
yang bisa diambil hasilnya oleh masyarakat sekitar secara bebas asalkan ikut
serta menjaga kelestariannya. Cara ini terbukti efektif meningkatkan peran
serta masyarakat. Masyarakat perlahan paham dengan menjaga lingkungan terutama
wilayah sungai, alam akan menyediakan kecukupan kebutuhan dan manfaat lain yang
luar biasa.
Kerja keras
Babeh Idin dan anggota KTLH Sangga Buana tidak hanya merubah lingkungan dan
masyarakat dan menjadikan lingkungan lebih baik akan tetapi juga mengundang
kekaguman dan penganugerahan penghargaan dari banyak pihak, diantaranya:
- Penyelamatan Air Sektor Masyarakat pada Apresiasi Hari Sedunia 2003 dari Departemen KIMPRASWIL.
- Piagam penghargaan sebagai peserta pelatihan kelompok pemuda produktif daerah khusus ibukota Jakarta dengan thema: ”Meningkatkan Partisipasi Aktf Pemuda Menuju Kemandirian Di Era AFTA 2003” di Cibubur tanggal 19 s/d 21 Juli 2002 dari dinas olahraga dan pemuda propinsi DKI Jakarta.
- Piagam pengakuan kelas lanjut sebagai pendorong bagi kelompok tani nelayan untuk mengembangkan lebih lanjut dan sebagai syarat untuk mengikuti penilaian kemampuan kelompok tani nelayan kelas madya dari camat cilandak Kota Madya Jakarta Selatan pada tanggal 4 Juli 2002.
- Piagam penghargaan atas jerih payahnya dalam peran serta kegiatan gerakan peduli sampah, membantu pembersihan sampah pasca bencana banjir yang melanda Jakarta pada awal bulan Februari 2002 dari Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada tanggal 18 Maret 2002.
- Penghargaan Internasional Dubai untuk kategori ”Best Practise” pada Februari 2000.
- Pemenang I Puncak penghijauan dan konservasi Alam Nasional (PPKAN) ke-41 Tingkat Propinsi DKI Jakarta bulan Desember tahun 2001.
- Piagam Penghargaan sebagai peringkat pertama dalam rangka lomba penghijauan dan konservasi Alam Nasional Tingkat Propinsi DKI Jakarta dari Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tanggal 23 November 2001.
- Piagam Penghargaan sebagai Kelompok Tani Penghijauan Terbaik Propinsi DKI Jakarta dari Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Nasional pada bulan Oktober 2001.
- Piagam penghargaan KALPATARU 2000 Tingkat Propinsi DKI Jakarta sebagai penyelamat lingkungan Dalam rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2000 di Propinsi DKI Jakarta dari Gubernur Propinsi DKI Jakarta Pada Tanggal 22 Juni 2000.
- Piagam Pengargaan Atas peran sertanya dalam kegiatan loka karya “ Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Menuju Produksi Air Limbah “ yang di selenggarakan Atas BAPEDAL dengan BATAN dan Yayasan Kirai Indonesia pada tanggal 20 November 2000 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Jakarta dari BAPEDAL dan BATAN.
- Piagam penghargaan KALPATARU 2013 Tingkat Nasional.