Pamungkas.id - Belum genap setahun saya memposting tentang beberapa contoh kegagalan konstruksi Indonesia di sini. Kejadian yang sama (sayangnya) kembali terulang. Pada hari Senin 9 Maret 2015 pukul 09.20 WITA Bangunan Hanggar Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Marros, Makassar collapse/ runtuh mengakibatkan korban meninggal sebanyak 5 (lima) orang dan puluhan pekerja lain luka- luka. Kejadian ini menambah panjang deretan kasus kegagalan konstruksi yang terjadi dan menjadi catatan hitam di masyarakat konstruksi Indonesia.
Hanggar yang roboh |
Dalam kasus runtuhnya hanggar ini saya berkesempatan melakukan observasi langsung menjadi bagian Tim dari Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terdiri dari para ahli dari Kementerian PUPR dibantu oleh pakar dari Universitas Indonesia serta Asosiasi Profesi (HAKI dan IAMPI). Observasi serta investigasi forensik dapat dilakukan berkat kerja sama dengan Kementerian Perhubungan (selaku pemilik proyek) serta berkat dukungan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan-Barat (Polda Sulselbar). Investigasi dilakukan 2 tahap. tahap pertama dilakukan pada tanggal 11-13 Maret 2015 (2 hari setelah kejadian) dan tahap 2 dilakukan pada 15-17 April 2015.
Tim Investigasi Ditjen Bina Konstruksi KemenPU-PR |
Mengingat adanya korban jiwa maka kasus ini memasuki ranah pidana, proses hukum masih terus berjalan hingga saat ini. Oleh karenanya sesuai dengan kode etik, maka dengan terpaksa (sayang sekali) hasil investigasi yang telah kami lakukan belum dapat di publish kepada masyarakat, dalam upaya untuk menghormati proses hukum yang sedang berlangsung. Yang ingin saya tunjukkan di sini adalah beberapa gambaran umum terhadap kasus yang terjadi.
Kolom beton yang roboh |
Bangunan ini adalah Hanggar Kalibrasi yang merupakan tempat untuk pesawat yang digunakan dalam proses tera/ uji peralatan navigasi bandar udara. Total biaya/ anggaran yang dialokasikan adalah Rp 46 Milyar. Tahap perencanaan dilaksanakan pada 11 April – 11 Juni 2014 (2 Bulan). Sedangkan pelaksanaan konstruksi dimulai sejak 14 Juli 2014. Lebar 60 m dan panjang 90 m. Atap menggunakan struktur rangka baja. Pondasi sumuran dan kolom beton. Pada saat keruntuhan progress pekerjaan mencapai 78%.
mobile crane tertimpa reruntuhan |
Secara garis besar bahwa kalau terjadi sebuah kegagalan konstruksi di dalam pengerjaan bangunan maka dapat dipastikan terjadi sebuah kesalahan, utamanya dari sisi teknis. Fakta yang menarik adalah sejak tahun 1990-an, di Indonesia belum pernah ada lagi pekerjaan hanggar dengan atap free standing bentang panjang. Hanggar terakhir yang pernah dibangun adalah hanggar Garuda Maintenance Facility (GMF) Bandara Soekarno-Hatta. Oleh karena itu sepertinya proyek ini (dengan kegagalannya) menjadi sarana belajar –tentu saja dengan cara buruk dan mahal- untuk kedepannya dapat diambil pembelajarannya terutama bagi para enjinir Indonesia di masa depan.
Semoga..
Semoga..
pembelajaran yang mahal |